TUGAS INDIVIDU PENDIDIKAN IPA SD
“HAKIKAT IPA DAN PEMBELAJARAN IPA SD”
Dosen Pengampu: Afrilia Wijayanti,
S.Pd., M.Pd.
Disusun oleh:
Nama : Eka Lutfiana
NPM : 13120066
Kelas : 3B
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
2014
HAKIKAT IPA DAN PEMBELAJARAN IPA SD
A. Konsep IPA
Istilah Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA dikenal juga
dengan istilah sains. Kata sains ini berasal dari bahasa Latin yaitu scientia
yang berarti ”saya tahu”. Dalam bahasa Inggris, kata sains berasal dari kata
science yang berarti ”pengetahuan”. Science kemudian berkembang menjadi social
science yang dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan ilmu pengetahuan sosial
(IPS) dan natural science yang dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan ilmu
pengetahuan alam (IPA).
Dalam kamus Fowler (1951), natural science
didefinisikan sebagai: systematic and formulated knowledge dealing with
material phenomena and based mainly on observation and induction (yang diartikan
bahwa ilmu pengetahuan alam didefinisikan sebagai: pengetahuan yang sistematis
dan disusun dengan menghubungkan gejala-gejala alam yang bersifat kebendaan dan
didasarkan pada hasil pengamatan dan induksi). Sumber lain menyatakan bahwa
natural science didefinisikan sebagai a piece of theoretical knowledge atau
sejenis pengetahuan teoritis.
IPA merupakan cabang pengetahuan yang berawal dari
fenomena alam. IPA didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan tentang objek dan fenomena alam
yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang dilakukan dengan keterampilan bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. Definisi ini memberi pengertian bahwa IPA merupakan cabang pengetahuan yang dibangun berdasarkan pengamatan dan klasifikasi data, dan biasanya disusun dan diverifikasi dalam hukum-hukum yang bersifat kuantitatif, yang melibatkan
aplikasi penalaran matematis dan analisis data terhadap gejala-gejala alam. Dengan
demikian, pada hakikatnya IPA merupakan ilmu pengetahuan tentang gejala alam yang
dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip dan hukum yang teruji kebenarannya dan melalui
suaturangkaian kegiatan dalam metode ilmiah.
Dalam perkembangan selanjutnya, metode ilmiah tidak
hanya berlaku bagi IPA tetapi juga berlaku untuk bidang ilmu lainnya. Hal yang
membedakan metode ilmiah dalam IPA dengan ilmu lainnya adalah cakupan dan
proses perolehannya.
Secara umum, kegiatan dalam IPA berhubungan dengan eksperimen.
Namun dalam hal-hal tertentu, konsep IPA adalah hasil tanggapan pikiran manusia
atas gejala yang terjadi di alam. Seorang ahli IPA (ilmuwan) dapat
memberikan sumbangan besar kepada IPA tanpa harus melakukan sendiri suatu
percobaan, tanpa membuat suatu alat atau tanpa melakukan observasi.
a. IPA sebagai Metode Khusus
Metode
khusus yang dimaksud merupakan langkah-langkah seorang ilmuwan dalam memperoleh pengetahuan. Pengetahuan tersebut diperoleh
berdasarkan gejala-gejala alam. Pengetahuan berupa teori yang diperoleh melalui
hasil perhitungan atau pemikiran tidak akan bertahan kalau tidak sesuai dengan
hasil observasi, sehingga suatu teori tidak dapat berdiri sendiri. Teori selalu
didasari oleh hasil pengamatan.
Planet
Neptunus tidak akan dapat ditemukan secara teoritis jika sebelumnya tidak ada pengamatan
yang menyaksikan suatu keanehan dalam lintasan planet lainya. Atau dapat
dikatakan bahwa Planet Neptunus tidak ditemukan berdasarkan hasil observasi
melainkan melalui perhitunganperhitungan.
Demikian halnya
dengan pembuktian teori Einstein yang secara ekperimental tidak dilakukan oleh
Einstein. IPA sebagai produk dan proses. Science is both of knowledge and a
process (Trowbridge and Sund, 1973:2) IPA merupakan pengetahuan teoritis yang diperoleh
dengan metode khusus (Nokes, 1941). Albert Einstein (1879-1955)
b. IPA sebagai Metode Ilmiah
Jika IPA
merupakan suatu jenis pengetahuan teoritis yang diperoleh dengan cara yang
khusus, maka cara tersebut dapat berupa observasi, eksperimentasi, pengambilan
kesimpulan, pembentukan teori, observasi dan seterusnya. Cara yang demikian ini
dikenal dengan metode ilmiah (scientific method).
B. Karakteristik IPA
IPA disiplin ilmu memiliki ciri-ciri sebagaimana disiplin
ilmu lainnya. Setiap disiplin ilmu selain mempunyai ciri umum, juga mempunyai ciri khusus/karakteristik.
Adapun ciri umum dari suatu ilmu pengetahuan adalah
merupakan himpunan fakta serta aturan yang yang menyatakan hubungan antara satu
dengan lainnya. Fakta-fakta tersebut disusun secara sistematis serta dinyatakan
dengan bahasa yang tepat dan pasti sehingga mudah dicari kembali dan dimengerti
untuk komunikasi (Prawirohartono, 1989: 93).
Ø Ciri-ciri khusus tersebut dipaparkan berikut ini:
a. IPA mempunyai nilai ilmiah artinya
kebenaran dalam IPA dapat dibuktikan lagi oleh semua orang dengan menggunakan
metode ilmiah dan prosedur seperti yang dilakukan terdahulu oleh penemunya.
Contoh : nilai ilmiah ”perubahan kimia” pada lilin yang
dibakar. Artinya benda yang mengalami perubahan kimia, mengakibatkan benda
hasil perubahan sudah tidak dapat dikembalikan ke sifat benda sebelum mengalami
perubahan atau tidak dapat dikembalikan ke sifat semula. Perubahan kimia: lilin
yang dibakar.
b. IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun
secara sistematis, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada
gejala-gejala alam.
c. IPA merupakan pengetahuan teoritis. Teori IPA
diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan
observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi,
observasi dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan
cara yang lain.
d. IPA merupakan suatu rangkaian konsep yang saling
berkaitan. Dengan bagan-bagan konsep yang telah berkembang sebagai suatu hasil
eksperimen dan observasi, yang bermanfaat untuk eksperimentasi dan observasi lebih lanjut (Depdiknas, 2006).
e. IPA meliputi empat unsur, yaitu produk, proses,
aplikasi dan sikap.
· Produk, merujuk pada sekumpulan
pengetahuan berupa fakta, konsep, prinsip, teori, hukum
Contoh fakta : air
mengalir dari tempat tinggi ke tempat rendah
Contoh Konsep : energi, air, tumbuhan,
massa, gaya
Adanya juga konsep yang terdefinisikan
seperti: Energi dapat diiubah bentuknya. Atau materi dapat diubah bentuk dan
wujudnya.
Contoh prinsip:
Kutub-kutub magnet yang tidak sama akan
saling tarik menarik.
Ion positif dan ion negatif akan saling tarik
menarik.
· Proses, proses sains merujuk pada
proses-proses pencarian sains yang dilakukan para ahli serong disebut science
as the process of inquiry IPA memiliki sesuatu metode, yang dikenal
denga scientifik method atau metode ilmiah, yang meliputi
kegiatan-kegiatan seperti:
a. Mengenal dan merumuskan masalah.
b. Mengumpulkan data.
c. Melakukan percobaan atau penelitian.
d. Melakukan pengamatan.
e. Melakukan pengukuran.
f. Menyimpulkan.
g. Mengkomunikasikan pegetahuan atau melaporkan
hasil penemuan.
Untuk melakukan metode ilmiah diperlukan
sejumlah keterampilan sains yang sering disebut science processes skills.
Proses sains meliputi mengemati, mengkalsifikasi, menginfer, memprediksi,
mencari hubungan, mrngukur, mengkomunkasikan, mermuskan hipotesis, melakukan
eksperimen, mengontrol variabel, menginterpretasikan data, menyimpulkan.
· Sikap
Selain menggunakan metode ilmiah, para
ilmuwan IPA perlu pula memiliki sifat ilmiah (scientific attittudes), agar hasil yang dicapainya itu sesuai
dengan harapannya. Sikap-sikap tersebut antara lain:
a. Obyektif terhadap fakta aau kenyataan,
artinya bila sebuah benda menurut kenyataan berbentukbulat telur, maka dia
secara jujur akan melaporkan bahwa bentuk benda itu bulat telur. Dia berusaha
untuk tidak dipengaruhi oleh perasaannya.
b. Tidak tergesa-gesa di dalam mengambil
kesimpulan atau keputusan.
Bila belum cukup data yang dikumpulkan
untuk menunjang kesimpulan atau keputusan. Seorang ilmuwan IPA tidak akan
tergesa-gesa menarik kesimpulan. Ia akan mengulangi lagi pengamatan-pengamatan
dan percobaan-percobaannya, sehingga datany cukup dan kesimpulannya mantap,
karena didukung oleh data-data yang cukup dan akurat.
c. Berhati terbuka, artinya bersedia
mempertimbangkan pendapat atau penemuan orang lain, sekalipun pendapat atau
penemuan orang lain itu bertentangan dengan pendapatnya sendiri.
d. Dapat membedakan antara fakta dan pendapat. Fakta dan pendapat adalah hal yang berbeda. Fakta adalah sesuatu yang ada,
terjadi dan dapat dilihat atau diamati. Sedangkan pendapat adalah hasil proses
berfikir yang tidak didukung fakta.
e. Bersikap tidak memihak suatu pendapat
tertentu tanpa alasan yang didasarkan atas fakta.
f. Tidak mendasarkan kesimpulan atas
prasangka.
g. Tidak percaya akan takhayul
h. Tekun dan sabar dalam memecahkan masalah.
i. Bersedia
mengkomunikasikan dan mengumumkan hasil penemuannya untuk diselidiki, dikritik
dan disempurnakan.
j. Dapat bekerjasama dengan
orang lain.
k. Selalu ingin tahu tentang apa, mengapa,
dan bagaimana dari suatu masalah atau gejala yang dijumpainya.
·
Aplikasi
Aspek aplikasi merujuk pada dimensi
aksiologis IPA sebagai suatu ilmu, yaitu penerapannya pengetahuan tentang IPA
dalam kehidupan. Untuk menerapkan pengetahuan IPA dalam kehidupan diperlukan
kemampuan untuk:
a)
Mengidentifikasi
hubungan konsep ipa dalam penggunaannya dengan kehidupan sehari-hari
b)
Mengaplikasikan
pemahaman konsep ipa dan keterampilan ipa pada masalah riil
c)
Memahami
prinsip-prinsip ilmiah dan teknologi yang bekerja pada alat-alat rumah tangga
d)
Memahami
dan menilai laporan-laporan perkembangan ilmiah yang ditulis pada mass
media
C. Karakteristik Belajar IPA
Berdasarkan
karakteristiknya, IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan. Pemahaman tentang karakteristik IPA ini berdampak pada
proses belajar IPA di sekolah.
Sesuai
dengan karakteristik IPA, IPA di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta
didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan
lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan
karakteristik IPA pula, cakupan IPA yang dipelajari di sekolah tidak hanya berupa kumpulan fakta tetapi juga proses perolehan fakta yang didasarkan pada kemampuan menggunakan pengetahuan dasar IPA untuk memprediksi atau menjelaskan berbagai fenomena yang berbeda. Cakupan dan proses belajar IPA di sekolah memiliki karakteristik tersendiri.
Uraian karakteristik belajar IPA dapat
diuraikan sebagi berikut:
a. Proses belajar IPA melibatkan hampir semua alat indera, seluruh
proses berpikir, dan berbagai macam gerakan otot. Contoh : untuk mempelajari pemuaian pada benda,
kita perlu melakukan serangkaian kegiatan yang melibatkan indera penglihat
untuk mengamati perubahan ukuran benda (panjang, luas, atau volume), melibatkan
gerakan otot untuk melakukan pengukuran dengan menggunakan alat ukur yang sesuai
dengan benda yang diukur dan cara pengukuran yang benar, agar diperoleh data
pengukuran kuantitatif yang akurat.
b. Belajar IPA dilakukan dengan menggunakan berbagai
macam cara (teknik). Misalnya, observasi, eksplorasi, dan eksperimentasi.
c. Belajar IPA memerlukan berbagai macam alat, terutama
untuk membantu pengamatan. Hal ini dilakukan karena kemampuan alat indera
manusia itu sangat terbatas. Selain itu, ada hal-hal tertentu bila data yang
kita peroleh hanya berdasarkan pengamatan dengan indera, akan memberikan hasil
yang kurang obyektif, sementara itu IPA mengutamakan obyektivitas. Contoh :
pengamatan untuk mengukur suhu benda diperlukan alat bantu pengukur suhu yaitu
termometer.
d. Belajar IPA seringkali melibatkan kegiatan-kegiatan
temu ilmiah (misal seminar, konferensi atau simposium), studi
kepustakaan, mengunjungi suatu objek, penyusunan hipotesis, dan yang lainnya. Kegiatan tersebut kita lakukan
semata-mata dalam rangka untuk memperoleh pengakuan kebenaran temuan yang benar-benar obyektif. Contoh : sebuah temuan ilmiah baru untuk memperoleh pengakuan
kebenaran, maka temuan tersebut harus dibawa ke persidangan ilmiah lokal,
regional, nasional, atau bahkan sampai tingkat internasional untuk
dikomunikasikan dan dipertahankan dengan menghadirkan ahlinya.
e. Belajar IPA merupakan proses aktif. Belajar IPA
merupakan sesuatu yang harus siswa lakukan, bukan sesuatu yang dilakukan untuk siswa. Dalam belajar IPA,
siswa mengamati obyek dan peristiwa, mengajukan pertanyaan, memperoleh pengetahuan, menyusun penjelasan tentang gejala alam, menguji penjelasan tersebut dengan
caracara yang berbeda, dan mengkomunikasikan gagasannya pada pihak lain. Keaktifan
secara fisik saja tidak cukup untuk belajar IPA, siswa juga harus memperoleh
pengalaman berpikir melalui kebiasaan berpikir dalam belajar IPA. Para ahli pendidikan dan pembelajaran IPA menyatakan
bahwa pembelajaran IPA seyogianya melibatkan siswa dalam berbagai ranah, yaitu
ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif. nKeaktifan dalam belajar IPA
terletak pada dua segi, yaitu aktif bertindak secara fisik atau hands-on dan
aktif berpikir atau mindson (NRC, 1996:20)
KESIMPULAN
Para ahli
pendidikan dan pembelajaran IPA menyatakan bahwa pembelajaran IPA seyogianya melibatkan
siswa dalam berbagai ranah, yaitu ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif. Hal ini dikuatkan dalam kurikulum IPA yang menganjurkan bahwa
pembelajaran IPA di sekolah melibatkan siswa dalam penyelidikan yang berorientasi inkuiri,
dengan interaksi antara siswa dengan guru dan siswa lainnya. Melalui kegiatan
penyelidikan, siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan pengetahuan ilmiah
yang ditemukannya pada berbagai sumber, siswa menerapkan materi IPA untuk mengajukan pertanyaan, siswa menggunakan pengetahuannya dalam pemecahan masalah,
perencanaan, membuat keputusan, diskusi kelompok, dan siswa memperoleh asesmen yang
konsisten dengan suatu pendekatan aktif untuk belajar. Dengan
demikian, pembelajaran IPA di sekolah yang berpusat pada siswa dan menekankan pentingnya belajar aktif berarti mengubah persepsi tentang guru yang
selalu memberikan informasi dan menjadi sumber pengetahuan bagi siswa (NRC, 1996:20).
Ditinjau dari isi dan pendekatan kurikulum pendidikan sekolah tingkat
pendidikan dasar dan pendidikan menengah yang berlaku saat ini maupun sebelumnya, pembelajaran di
sekolah dititikberatkan pada aktivitas siswa. Dengan cara ini diharapkan pemahaman dan pengetahuan siswa menjadi lebih baik. Kenyataan di lapangan, aktivitas siswa
sering diartikan sempit. Bila siswa aktif berkegiatan, walaupun siswa sendiri tidak
mengetahui (merasa pasti) untuk apa berbuat sesuatu selama pembelajaran, maka dianggap
pembelajaran sudah menerapkan pendekatan yang aktif.
Proses
pembelajaran IPA di sekolah menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.
Hal ini disebabkan karena IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak
berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan pembelajaran IPA ada
penekanan pembelajaran Salingtemas (sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang
diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui
penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.
Sumber:
Wijayanti,
Afrilia. 2014. Hakikat IPA. Semarang:
PPT Pendidikan IPA SD.
Gimbal, Aag Syu. 2011. Hakikat IPA dan Pembelajaran IPA
SD. http://aagsyugimbal.blogspot.com/2011/02/hakikat-ipa-dan-pembelajaran-ipa-sd.html. ( diakses
9 Februari 2011)
Blog, ieLma ‘s.
2012. HAKIKAT IPA DAN PEMBELAJARAN IPA. http://ielmasblog.blogspot.com/2012/02/hakikat-ipa-dan-pembelajaran-ipa.html.
(diakses 12 Februari 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar